-->

Para Penguasa di Masa Senja Majapahit

Candi Brahu, bekas reruntuhan Kerajaan Majapahit. (Anandajoti Bhikkhu/Flickr).

Para Penguasa di Masa Senja Majapahit
Perebutan takhta kerajaan sempat membuat Majapahit tanpa raja.

Kerajaan Majapahit mencapai kejayaannya pada masa pemerintahan Hayam Wuruk. Tak ada konflik kecuali peristiwa Perang Bubat pada 1357 yang mencoreng pemerintahannya. Majapahit mengalami kemunduran sejak akhir abad ke-14 hingga awal abad ke-15, ketika menantunya, Wikramawarddhana naik takhta. Dia menikah dengan Kusumawarddhani, putri Hayam Wuruk.

Putra Hayam Wuruk dari selir, Bhattara i Wirabhumi, yang menguasai Blambangan, tak terima. Karenanya Wikramawarddhana tidak didukung penuh keluarga istana. Walaupun dia sebenarnya keponakan Hayam Wuruk, anak adik perempuannya, Rajasaduhiteswari.

Pertentangan Wikramawarddhana dengan Bhre Wirabhumi disebut dalam Serat Pararaton dengan paregreg atau peristiwa huru-hara. Peristiwa ini dipicu oleh Bhre Wirabhumi yang menuntut hak takhta pada Wikramawarddhana. Huru-hara itu mulai terjadi pada 1401. Tiga tahun kemudian peristiwa itu menjadi peperangan.

“Mulai tahun itu hingga tahun-tahun selanjutnya Majapahit disibukkan oleh peperangan antara dua pihak, Raja Wikramawarddhana di Kedaton Kulon melawan Bhre Wirabhumi yang tinggal di Keraton Wetan,” tulis arkeolog Agus Aris Munandar dalam Wilwatikta Prana.

Perang Paregreg berakhir dengan kekalahan Bhre Wirabhumi.

Arkeolog Hasan Djafar dalam Majapahit Sesudah Zaman Keemasannya menyebut Wikramawarddhana memerintah hingga meninggal pada 1429. Dia digantikan putrinya, Suhita yang memerintah sejak 1429-1447. Awalnya posisi putra mahkota disandang kakak Suhita, Bhra Hyang Wekasing Sukha. Namun dia keburu mangkat pada 1399 sebelum ditahbiskan menjadi raja.

Suhita tak punya anak. Dia pun menyerahkan pemerintahan selanjutnya kepada Bhre Tumapel Kertawijaya (1447-1451). Sepeninggalnya, Bhre Pamotan menjadi raja dengan gelar Sri Rajasawarddhana. Setelah dia mangkat pada 1453, selama tiga tahun singgasana Majapahit kosong.

Menurut Hasan, sebab kekosongan pemerintahan itu tak diketahui dengan pasti. Hal itu mungkin terjadi akibat pertentangan berlarut-larut yang melemahkan kedudukan keluarga raja Majapahit, baik di pusat maupun di daerah.

“Karenanya, sepeninggal Rajasawarddhana tak ada yang sanggup tampil untuk memegang tampuk pemerintahan di Majapahit,” jelas Hasan.

Baru pada 1456, Bhre Wengker naik ke tampuk pemerintahan Majapahit. Putra Bhre Tumapel Dyah Kertawijaya itu berkuasa selama sepuluh tahun. Pertentangan antar keluarga kerajaan sedikit mereda. Dia kemudian digantikan Bhre Pandansalas.

“Setelah dua tahun memerintah, dia kemudian menyingkir meninggalkan keratonnya di Tumapel ke Daha akibat serangan Bhre Krtabhumi,” kata Hasan.

Pada 1474 Bhre Pandansalas meninggal. Dia digantikan anaknya, Dyah Ranawijaya yang bergelar Girindrawarddhana. Sebagai raja terakhir, dia masih mengeluarkan prasasti pada 1486. Namun, berita tradisi dalam Serat Kanda memberitakan keruntuhan Majapahit pada 1400 Saka (1478).

Menurut Hasan, keruntuhan Majapahit itu lebih mungkin ditafsirkan sebagai peristiwa gugurnya Bhre Krtabhumi di keraton Majapahit setelah diserang Girindrawardhhana.

Apa yang tertulis dalam Serat Kanda, lanjut Hasan, lebih memperlihatkan kesan kabur para penulis kitab tradisi. “Khususnya mengenai peristiwa perebutan kekuasaan atas Kerajaan Majapahit dari tangan Bhre Krtabhumi oleh Ranawijaya yang menyebabkan hilangnya kekuasaan Bhre Krtabhumi,” jelas Hasan.

source : historia.id



Comment Policy : Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.

Add your Comment Hide comment

Disqus Comments