Sejarah dan Asal Usul Kota Demak
Selama kurang lebih 6 abad silam dan letak geografisnya, sebuah kawasan bernama Demak ternyata tidak terletak seperti sekarang ini. Sekurang-kurangnya berada di pedalaman yang jaraknya 30 km dari bibir laut Jawa dan berada di dekat Sungai Tuntang yang bersumber dari Rawa Pening. Dahulu, Demak terletak di tepi laut/ Selat Silugangga yang memisahkan antara Pulau Muria dengan Jawa Tengah.
Asal Usul Kota Demak
DR.H.J. De Graaf menulis dalam bukunya menuliskan bahwa letak Demak sangat cocok untuk dijadikan kegiatan perdagangan dan pertanian. Hal ini dikarenakan selat di depannya cukup lebar menjadi pusat kegiatan masyarakat, sehingga perahu dari Semarang sampai ke Rembang bisa dengan bebas berlayar melalui Demak. Namun, pada abad XVII Pulau/Selat Muria mengalami pendangkalan dan tidak bisa dipakai lagi sebagai tempat berlayar.
Penobatan Raden Patah menjadi Sultan Demak Bintoro pada tanggal 12 Rabiulawal (Mulud) Tahun 1425 Saka/ 28 Maret 1503 M, ditetapkan juga menjadi hari jadi Kota Demak. Menurut Babat Tanah Jawa, nama Demak berawal dari perintah Sunan Ampel (Sang guru) kepada Raden Patah agar merantau ke arah Barat. Atas perintah dan restu sang guru, akhirnya Raden Patah berangkat hingga menemukan hutan/tanaman Gelagah Wangi yang terletak di Muara Sungai Tuntang yang bersumber dari lereng Gunung Merbabu (Rawa Pening).
Setelah hutan/tanaman Gelagah Wangi ditebang dan dijadikan tetrukan (pemukiman), barulah nama Bintoro muncul yang berasal dari kata Bethoro atau dalam penganut agama Hindhu sebagai bukit suci. Pada kawasan bukit suci/ Gunung Bethoro (Prawoto) itulah sekarang masuk ke dalam daerah Kabupaten Pati.
Ada beberapa sumber lain yang menyebutkan nama bintoro diambil dari sebuah pohon Bintoro yang dulunya tumbuh banyak di sekitar Gelagah Wangi. Pohon Bintoro mempunyai ciri batang, daun dan bunganya yang hampir mirip pohon kamboja (apocynaceae).
Namun, ada beberapa pakar mendefinisikan Demak dalam berbagai penafsiran. Prof. DR. Hamka menafsirkan kata Demak berasal dari bahasa Arab “Dama” yang berarti mata air. Prof. Slamet Mulyono menafsirkan kata Demak dari bahasa jawa kuno "Damak" yang artinya anugerah. Sholihin Salam seorang penulis menjelaskan Demak berasal dari bahasa arab "Dzimma in" yang mempunyai arti sesuatu yang mengandung air (rawa). Atau dari bahasa Sansekerta, Demak berasal dari "Delamaka" yang berarti rawa.
Add your Comment Hide comment